Rabu, 18 Mei 2011

Perekonomian Terbuka


PEREKONOMIAN TERBUKA

A. Konsekuensi Dari Perekonomian Terbuka
            Teori makro mengenai ekonomi tertutup hanyalah penyederhanaan dari realita, sebab tidak ada Negara didunia ini yang tidak mempunyai hubungan ekonomi dengan Negara lain. Teori makro mengenai ekonomi tertutup berguna sebagai sarana untuk mengantarkan kita pada konsep-konsep dasar teori ekonomi makro. Khususnya bagi Negara-negara yang mempunyai perekonomian yang sangat terbuka, seperti Indonesia, teori makro perekonomian terbuka adalah teori yang relevan. Ekonomi terbuka berarti bahwa ada pasar keempat didalam proses perekonomian yaitu pasar luar negeri. Adanya pasar luar negeri mempunyai konsekuensi yang lebih lanjut terhadap pasar-pasar lainnya. Khususnya ada konsekuensi penting yang menyangkut penyesuaian pengertian tiga konsep, yaitu :
1. Permintaan agregat (dipasar barang)
            Dalam perekonomian terbuka, pengertian permintaan agregat (Z) tidak lagi
    terbatas pada permintaan yang berasal dari luar negeri. Permintaan agregat digunakan
    untuk menentukan posisi keseimbangan di pasar barang di dalam negeri. Untuk
    perekonomian terbuka, juga mempunyai peranan yang sama. Oleh karena itu Z
    haruslah sekarang diartikan sebagai seluruh permintaan akan barang atau jasa yang
    diproduksikan di dalam negeri. Ini berarti bahwa Z harus :
            a. memasukkan permintaan orang-orang luar negeri akan barang atau jasa yang
                kita produksikan
            b. mengeluarkan darinya permintaan kita akan barang atau jasa buatan luar negeri
                karena ini bukan permintaan akan barang atau jasa buatan dalam negeri.
     Jadi, bagi perekonomian terbuka
            Z = C + I + G + X – M
     Dimana X = ekspor barang atau jasa kita ke luar negeri
                  M = impor barang atau jasa kita dari luar negeri



2. Jumlah uang beredar
            Adanya hubungan dengan luar negeri juga mempunyai pengaruh terhadap pasar
    uang, baik terhadap sisi permintaan maupun pada sisi penawarannya. Pada sisi
    permintaan akan uang , ada satu faktor tambahan yang menentukannya, yaitu tingkat
    bunga di luar negeri, di samping faktor-faktor yang telah ada di dalam perekonomian
    tertutup, yaitu tingkat bunga di dalam negeri, tingkat GDP dan tigkat harga di dalam
    negeri.  
Perekonomian tertutup                                                          Perekonomian terbuka
Md = Ø (P, Q, r)                                                                    Md = Ø ( P, Q, r, rF)

    Dimana r    = tingkat bunga di dalam negeri
             rF  = tingkat bunga di luar negeri

            Jumlah uang (rupiah) yang beredar tergantung pada dua faktor tambahan, yaitu  
    posisi dari Neraca Perdagangan dan besar kecilnya aliran modal dari dan ke luar
    negeri. Secara umun, kita bisa merumuskan jumlah uang yang beredar dengan
Ms = Ms + n.h (X -  M + K)
    Dimana Ms = uang yang beredar dalam perekonomian tertutup
              n    = money multiplier
              h    = bagian dari perubahan cadangan yang di rupiahkan
              K   = aliran netto modal ke dalam luar negeri

            Dalam teori makro yang sederhana, K di anggap terdiri dari dua unsur:
a.       unsur yang tidak terpengaruh oleh faktor – factor ekonomis
b.      unsur yang dipengaruhi oleh faktor ekonomis, khususnya oleh perbedaan antara tingkat bunga di luar negeri dan tingkat bunga di dalam negeri.
            Jadi, K = K + K (rF,r)  
            Dimana K = aliran modal yang autonomous

            Secara gafik, kalau kita anggap bahwa neraca perdagangan tidak surplus ataupun
    defisit, pengaruh di bukanya perekonomian terhadap Ms adalah berikut











Gambar VII.2
           
            Ms dalam perekonomian terbuka mempunyai elastisitas terhadap perubahan r
    maupun rF.

3. Harga
            Dalam model perekonomian terbuka, kita tidak lagi hanya mempunyai satu
    tingkat harga umum P, tetapi paling tidak ada dua tingkat umum, yaitu tingkat harga
    umum yang berlaku di dalam negeri (P) dan tingkat harga umum yang berlaku di luar
    negeri atau P$f . P$f    adalah harga barang – barang yang di jual atau dibeli di pasar luar
    negeri, yang dinyatakan dalam mata uang asing .
    Harga jual ekspor kita dan harga beli impor di tentukan oleh P   . Tetapi yang lebih
    penting bagi warga masyarakat di dalam negeri adalah berapa harga barang – barang
    tersebut kalau dinyatakan dalam satuan uang dalam negeri. Antara P   dan P   , yaitu
    harga ekuivalensinya dalam satuan uang dalam negeri, di hubungkan oleh kurs
    devisa, E
P   = E . P
     
    E merupakan harga dari setiap $ dinyatakan dalam rupiah (misalnya, E = Rp 650 per
    US $)
            Jadi kita lihat bagaimana perubahan E dan P   bisa mempengaruhi secara luas
    dalam negeri, yaitu melalui perubahan nilai X dan M yang mengikutinya. Dalam
    model pereonomian terbuka, baik X maupun M dipengaruhi oleh harga luar negeri
    relatif terhadap harga dalam negeri. Perumusan fungsi ekspor impor menjadi :
            X = X (P   . E / P)                             M = M (Y, Pf . / P)
            Terlihat disini bahwa yang relevan bagi para pelaku ekonomi dalam negeri adalah
    harga relatif antara harga luar negeri yang dinyatakan dalam satuan uang dalam negeri
    dengan harga dalam negeri. Jadi meskipun seandainya P   tidak berubah, kalau E
    berubah maka P   berubah, dan ini selanjutnya mempunyai pengaruh terhadap
    perekonomian dalam negeri.

B. Masalah Keseimbangan Intern dan Keseimbangan Ekstern
            Dalam perekonomian tertutup, masalah ekonomi makro yang utama adalah
    bagaimana mencapai tingkat output employment tanpa inflasi. Sasaran ini sering
    disebut dengan istilah keseimbangan intern atau internal balance. Dalam
    perekonomian terbuka disamping sasaran tersebut ada satu sasaran lain yang biasanya
    ingin pula dicapai, yaitu neraca pembayaran yang seimbang. Sasaran yang kedua ini
    sering disebut dengan istilah keseimbangan ekstern atau eksternal balance.
            Ada dua masalah pokok dalam teori makro yang berkaitan dengan sasaran
    keseimbangan intern dan keseimbangan ekstern ini. Yang pertama adalah masalah
    kemungkinan ketidakserasian antara kedua sasaran tersebut. Bila keseimbangan intern
    tercapai belum tentu keseimbangan ekstern otomatis tercapai. Demikian pula
    sebaliknya tercapainya keseimbangan ekstern tidak menjamin tercapainya
    keseimbangan intern. Masalah pokok yang kedua, yang berkaitan erat dengan masalah
    pertama, berkisar sekitar penentuan kebijaksanaan atau kombinasi dari kebijaksanaan –
    kebijaksanaan yang tepat bagi tercapainya kedua sasaran tersebut secara bersama –
    sama. Secara teoritis bisa ditunjukkan bahwa kedua sasaran tersebut bisa dicapai secara       
    simultan asal saja bisa dirumuskan suatu kombinasi yang tepat antara kebijaksanaan
    yang bersifat mempengaruhi tingkat pengeluaran agregat, dengan kebijaksanaan yang
    mempengaruhi komposisi pengeluaran tersebut, khususnya komposisi antara
    pengeluaran tersebut, khususnya komposisi antara pengeluaran untuk barang yang
    hanya di perdagangkan di dalam negeri dan pengeluaran untuk barang yang di
    perdagangkan di luar negeri.

C. Masalah Ketidakserasian
            Dalam dunia klasik, masalah ketidakserasian tidak timbul. Hal ini di sebabkan
    karena baik secara intern maupun secara ekstern, perekonomian klasik mengandung di
    dalamnya mekanisme penyesuaian otomatis. Dan yang lebih penting lagi mekanisme
    penyesuaian internnya konsisten dengan mekanisme penyesuaian eksternnya. Kedua
    mekanisme tersebut bekerja saling membantu untuk tercapainya sasaran keseimbangan
    ekstern dan keseimbangan intern secara simultan. Dan yang palng menarik dari kedua
    mekanisme ini adalah bahwa pemerintah tidak perlu bertindak apa – apa, dan
    mekanisme tersebut secara otomatis akan membawa perekonomian ke posisi idealnya.
            Setiap Negara menginginkan kedaulatannya dalam mengatur perekonomian
    nasional masing – masing, dan tidak rela tunduk pada mekanisme alamiah yang tidak
    memberi peluang bagi pemerintah nasional untuk bertindak demi kepentingan
    nasionalnya. Kemungkinan ketidakserasian antara kedua sasaran ini bisa ditunjukkan
    dengan gambar VII.3 dan VII.4 berikut. Anggap pada mulanya kita pada posisi
    keseimbangan intern. Gambar VII.3 menunjukkan keadaan pasar barang, dengan
    posisi keseimbangan: Z, Y, P, dan Q.









Gambar VII.3
           
            Kita sebutkan diatas bahwa dalam model perekonomian terbuka impor ditentukan
    oleh tingkat pendapatan nasional dan tingkat harga luar negeri relatif terhadap tingkat
    harga dalam negeri :
M = M (Y, P .E / P)

    Sedangkan ekspor dipengaruhi oleh tingkat harga luar negeri relatif terhadap tingkat
    harga dalam negeri :
X = X (P .E / P)
    Sekarang dengan nilai keseimbangan Y dan P, kita bisa menggambarkan posisi
    Makro di pasar luar negeri sebagai berikut










Gambar VII.4
            Dengan tingkat pendapatan nasional Y dan tingkat harga dalam negeri P, kita
    berada pada posisi P  .E/P pada sumbu horizontal. Kalau ditarik garis keatas, maka
    akan diperoleh posisi C dan A yang berkaitan dengan tingkat ekspor Xo dan tingkat
    impor Mo. Jadi akan ada deficit dalam neraca pembayaran sebesar (Mo – Xo). Jadi
    dengan adanya keseimbangan intern Y, P, keseimbangan ekstern tidak tercapai. Tetapi
    seandainya dengan nilai keseimbangan Y posisi fungsi impor adalah M(y), maka
    tercapainya keseimbangan intern dibarengi dengan tercapainya keseimbangan ekstern,
    karena pada posisi B neraca pembayaran seimbang. Yang perlu ditekankan disini
    adalah bahwa posisi yang ideal seperti titik B hanya tercapai:
  1. secara kebetulan
  2. dengan dilaksanakannya kombinasi kebijaksanaan makro yang tepat
    Posisi tersebut tidak akan tercapai secara otomatis. Inilah inti dari apa yang kita sebut
    sebagai masalah ketidakserasian antara keseimbangan intern dan keseimbangan
    ekstern.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar